Powered By Blogger

Jumat, 05 November 2010

Jumlah Pengungsi Merapi Sleman Capai 19.000 Jiwa

Yogyakarta- Jumlah pengungsi korban bencana erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diperkirakan mencapai sekitar 19.000 jiwa yang tersebar di barak-barak pengungsian.

"Sebelumnya jumlah pengungsi diperkirakan sekitar 12.000 jiwa, tetapi kenyataannya mencapai sekitar 19.000 jiwa," kata Bupati Sleman Sri Purnomo di Posko Utama Penanggulangan Bencana Merapi di Pakem, Kabupaten Sleman, Selasa.

Ia mengatakan, sebelum Merapi erupsi pada Selasa (26/10), estimasi jumlah pengungsi yang telah didata Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman sekitar 12.000 jiwa. Jumlah itu merupakan hitungan jiwa yang bermukim di kawasan rawan bencana (KRB) III.

Namun, menurut dia, yang terjadi adalah erupsi Merapi sangat dahsyat. Hal itu menyebabkan para penduduk di KRB II juga ketakutan dan ikut mengungsi sehingga terjadi lonjakan jumlah pengungsi menjadi sekitar 19.000 jiwa.

"Atas melonjaknya jumlah pengungsi itu, maka Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman membuat barak pengungsian tambahan dan menggunakan bangunan lain seperti sekolah untuk menampung pengungsi tambahan tersebut," katanya.

Ia mengatakan, jumlah pengungsi sebanyak itu ditampung di sembilan barak pengungsian dan sejumlah bangunan yang tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Pakem, dan Kecamatan Turi.

"Melonjaknya jumlah pengungsi itu berdampak pada meningkatnya anggaran untuk memenuhi kebutuhan mereka selama berada di barak-barak pengungsian," katanya.

Menurut dia, semula Pemkab Sleman mengestimasi biaya penanganan bencana Merapi sebanyak Rp9 miliar. Namun, kebutuhan untuk penanganan bencana itu membengkak hingga menjadi Rp21 miliar.

"Padahal, Pemkab Sleman hanya memiliki dana Rp4 miliar. Namun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan membantu mengatasi kekurangan anggaran tersebut agar bisa menangani para pengungsi letusan Gunung Merapi," katanya.

Nama 19 Gunung Berapi di Indonesia yang Dalam Status Waspada

  1. Gunung Seulawah (Aceh)
  2. Gunung Sinabung (Karo, Sumut)
  3. Gunung Talang (Solok, Sumbar)
  4. Gunung Kaba (Bengkulu)
  5. Gunung Kerinci (Jambi)
  6. Gunung Anak Krakatau (Lampung)
  7. Gunung Papandayan (Garut, Jabar)
  8. Gunung Slamet (Jateng)
  9. Gunung Bromo (Jatim)
  10. Gunung Semeru (Lumajang, Jatim)
  11. Gunung Batur (Bali)
  12. Gunung Rinjani (Lombok, NTB)
  13. Gunung Sangeang Api (Bima, NTB)
  14. Gunung Rokatenda (Flores, NTT)
  15. Gunung Egon (Sikka, NTT)
  16. Gunung Soputan (Minahasa Selatan, Sulut)
  17. Gunung Lokon (Tomohon, Sulut)
  18. Gunung Gamalama (Ternate, Maluku Utara)
  19. Gunung Dukono (Halmahera Utara, Maluku Utara)

Senin, 18 Oktober 2010

danau linau


DANAU Linau merupakan danau yang unik dan sering disebut danau tiga warna.  Danau ini terletak di Kelurahan Lahendong, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon.

Disebut demikian karena bila terpancar sinar matahari, warna air di permukaannya bisa tampak kuning, hijau dan merah. Namun, warnanya kini sudah lebih dari tiga warna.
Tiga warna itu karena pengaruh warna belerang. Warnanya lebih dari tiga. Saat matahari tepat di atas permukaan danau, terlihat warna hijau tua, hijau muda, biru, kuning, orange dan putih. Hampir seperti warna-warna pelangi
Lokasi danau ini dulunya adalah kawah gunung berapi.
Menurut cerita turun temurun dari orang-orang tua di wilayah itu, danau ini dulunya kawah. Namun setelah proses alam ribuan tahun menjadi danau.


Luas danau sekitar 46 hektare dengan kedalaman mencapai 36 meter. 

Sabtu, 16 Oktober 2010

mt.karangetang

sejarah gunung karangetang adalah salah satu gunung aktif di dunia..gunung ini pernah meletus pada tahun 1675, gunung ini mengeluarkan lava pijarnya dengan sangat dahsyat. gunung ini juga sudah mengalami erupsi sebanyak 41 kali sejak tahun 1675 dan salah satu ciri khas dari gunung api ini, adalah gunung ini mungkin satu-satunya gunung didunia yang pernah di Baptis.

gunung ini di Baptis oleh salah satu Pendeta yang datang ke Siau untuk menyebarkan Injil ( misionaris),Pendeta tersebut adalah orang Belanda dan kemudian gunung ini diberi nama sesuai dengan nama Pendeta yang Membaptisnya , yaitu ( YOHANIS ). tapi kebanyakan orang di pulau Siau hanya mengetahui nama gunung tersebut " Karangetang" tapi nama yang sebenarnya adalah " Yohanis"

Salah satu keunikan dari gunung ini adalah, jika masyarakat yang ada di pulau siau melakukan pelanggaran maka gunung ini akan memberi tanda yang berupa suara gemuruh ataupun langsung mengeluarkan lava pijar.

Gunung ini diberi nama Karangetang , karena gunung ini merupakan gunung tertinggi di Kepulauan Sitaro juga di Kepl.Sangihe.



korban letusan gunung karangetang : Gunung Karangetang, salah satu gunung berapi Indonesia yang paling aktif meletus pada Jumat, 6 Agustus 2010. Peristiwa ini mengakibatkan sejumlah korban luka dan hilang. Gunung Karangetang yang terletak di Siau, Sulawesi Utara, ini memuntahkan lava dan abu panas hingga ratusan meter ke udara. Sedikitnya empat warga yang tinggal di lereng pegunungan hilang, kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono. Beberapa orang juga terluka parah. 

Terakhir, Gunung Karangetang menciptakan letusan besar pada Juli 2006. Letusan kala itu menyebabkan hampir 4.000 warga dari lima desa diungsikan. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di jalur Cincin Api Pasific yaitu gugusan gunung berapi di wilayah Pasific. Jalur ini umumnya rawan letusan dan gempa vulkanik.





                                                     mt.karangetang



Jumat, 15 Oktober 2010


                                                               mt. mahawu



Gunung Mahawu adalah salah-satu gunung yang mengapit Kota Tomohon, dan disisi lainnya adalah Gunung Lokon. Sebagai Obyek Wisata Alam di Sulawesi Utara, Gunung Mahawu merupakan gunung berapi stratovolcano yang terletak di timur gunung berapi Gunung Lokon-Gunung Empung di Sulawesi Utara.
Gunung Mahawu memiliki lebar 180 m dan kedalaman kawah 140 m dengan dua kerucut Piroklastik di lereng utara.
Tahun 1994 terjadi letupan lumpur fumarol dan aktivitas geyser yang terjadi sepanjang danau kawah yang berwarna kehijau-hijauan
Mencapai lokasi ini dari Tomohon ke Rurukan. Kemudian berjalan kaki melalui jalan setapak yang melawati kebun kebun sayur dan akhirnya mencapai puncak (Ketinggian 1324mdpl), setelah melalui hutan yang rimbun dan indah dan kawasan kerucut kawah yang ditumbuhi rerumputan (ketinggian 1200 mdpl)
Menikmati matahari terbit (sunrise) di pagi buta yang terasa senyap dan diselimuti kabut tebal yang sangat dingin di puncak gunung Mahawu yang kadang-kadang diselingi dengan  tamparan angin membekukan sendi tulang perlahan lahan sirna menampakan langit  menjadi kebiruan dan nuansa hijau pepohonan yang menghiasi hutan sekitar gunung Mahawu.
CINTAILAH ALAM SEKITAR.

Dampak Reklamasi Pantai Manado

Reklamasi pantai Manado masih dikeluhkan warga Kota Manado, khususnya warga yang tinggal di pesisir pantai Manado. Mereka meminta pemerintah tetap membela kepentingan rakyat, dan memperjuangkan nasib para nelayan yang menggantungkan hidup di laut.
Pembangunan pertokoan di pesisir pantai Manado, yang hingga saat ini terus dilakukan pihak pengembang, dalam proyek reklamasi pantai, masih menuai protes warga. Sejumlah warga pesisir pantai yang ber-profesi nelayan, menyesalkan lanjutan reklamasi pantai Manado yang mengancam terputusnya mata pencaharian mereka di laut.

Bukan hanya nelayan dan warga pesisir yang menyesalkan reklamasi lanjutan di pantai Manado. Kalangan akademisi dan pemerhati lingkungan pun menyoroti proses reklamasi yang dinilai hanya meng-untungkan pihak pengembang, dan merugikan masyarakat.

Seperti diketahui sebelumnya, Pemerintah Kota Manado telah menjamin tidak akan ada lagi reklamasi di pantai Manado, namun hingga kini, kegiatan penimbunan pantai terus dilakukan di kawasan boulevard, megamas dan pesisir pantai Manado.

kalau tidak akan dicegah bisa-bisa laut akan ada sertifikat tanah,,
karena pembangunan..
jangan teruskan pembangunan yang merugikan rakyat..

sejarah tentang manado

Sejarah Manado


Kota Manado diperkirakan telah didiami sejak abad ke-16. Menurut sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado telah dikenal dan didatangi oleh orang-orang dari luar negeri. Nama "Manado" mulai digunakan pada tahun 1623 menggantikan nama "Wenang". Kata Manado sendiri berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia berarti "di jauh". Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa dengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah.

Tahun 1658, VOC membuat sebuah benteng di Manado. Sejarah juga mencatat bahwa salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro pernah diasingkan ke Manado oleh pemerintah Belanda pada tahun 1830. Biologiwan Inggris Alfred Wallace juga pernah berkunjung ke Manado pada 1859 dan memuji keindahan kota ini.

Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Juli 1919. Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota (Burgemeester). Pada tahun 1951, Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei 1951 Nomor 223. Tanggal 17 April 1951, terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor 14. Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 15/1954. Tahun 1957, Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959, Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965, Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado, yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.

Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623, merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919, yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan, dan tahun 1623 yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989, Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367. Dan sejak saat itu hingga sekarang tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado sebagai hari jadi Kota Manado.

Kota ini juga pernah mengalami kerusakan berat karena peperangan yaitu ketika pada masa Perang Dunia II, dan ketika dibom kembali oleh TNI Angkatan Udara pada 1958 dalam upaya mengalahkan Permesta, sebuah gerakan pemberontakan yang menghendaki pemisahan dari Republik Indonesia.