Yogyakarta- Jumlah pengungsi korban bencana erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diperkirakan mencapai sekitar 19.000 jiwa yang tersebar di barak-barak pengungsian.
"Sebelumnya jumlah pengungsi diperkirakan sekitar 12.000 jiwa, tetapi kenyataannya mencapai sekitar 19.000 jiwa," kata Bupati Sleman Sri Purnomo di Posko Utama Penanggulangan Bencana Merapi di Pakem, Kabupaten Sleman, Selasa.
Ia mengatakan, sebelum Merapi erupsi pada Selasa (26/10), estimasi jumlah pengungsi yang telah didata Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman sekitar 12.000 jiwa. Jumlah itu merupakan hitungan jiwa yang bermukim di kawasan rawan bencana (KRB) III.
Namun, menurut dia, yang terjadi adalah erupsi Merapi sangat dahsyat. Hal itu menyebabkan para penduduk di KRB II juga ketakutan dan ikut mengungsi sehingga terjadi lonjakan jumlah pengungsi menjadi sekitar 19.000 jiwa.
"Atas melonjaknya jumlah pengungsi itu, maka Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman membuat barak pengungsian tambahan dan menggunakan bangunan lain seperti sekolah untuk menampung pengungsi tambahan tersebut," katanya.
Ia mengatakan, jumlah pengungsi sebanyak itu ditampung di sembilan barak pengungsian dan sejumlah bangunan yang tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Pakem, dan Kecamatan Turi.
"Melonjaknya jumlah pengungsi itu berdampak pada meningkatnya anggaran untuk memenuhi kebutuhan mereka selama berada di barak-barak pengungsian," katanya.
Menurut dia, semula Pemkab Sleman mengestimasi biaya penanganan bencana Merapi sebanyak Rp9 miliar. Namun, kebutuhan untuk penanganan bencana itu membengkak hingga menjadi Rp21 miliar.
"Padahal, Pemkab Sleman hanya memiliki dana Rp4 miliar. Namun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan membantu mengatasi kekurangan anggaran tersebut agar bisa menangani para pengungsi letusan Gunung Merapi," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar